Panen Dan Pasca Panen Belut Yang Baik Dan Benar Untuk Pemula
Panen dan Pasca Panen Belut Pemanenan belut membutuhkan ketepatan waktu. Hal tersebut di sebabkan belut cukup sulit untuk di amati secara rutin dengan melaksanakan sampling sebagaimana pada ikan, baik dalam hal ukuran, keseragaman, dan kesehatannya.
Meski demikian, pembudidaya harus tetap mengamati belut budidayanya dengan cara memperhatikan belut pada waktu keluar untuk mencari makan.
Kalau dilihat,pekerjaan yang sangat gampang dilakukan petani ternak ikan yakni masa panen, akan tetapi panen dan pasca panen belut ternyata perlu juga menggunakan teknik.
Pemanenan belut sanggup dilakukan sesudah umur pembudidaya belut di anggap memenuhi impian pembudidaya atau kebutuhan pasar.
Pemanenan belut sanggup dilakukan sesudah umur pembudidaya belut dianggap memenuhi impian pembudidaya atau kebutuhan pasar.
- Pemanenan pendederan, yaitu pemanenan total belut pada pendederan baik tahap I maupun II.
- Pemanenan pembesaran, yaitu pemanenan total atau sebagian pada pembudidaya pembesaran belut, kesannya berupa belut ukuran konsumsi.
Pemanenan belut intinya sanggup dilakukan pagi dan sore hari, tetapi untuk pemanenan total jikalau di lakukan sore hari tentu selesainya hingga malam hari.
Pemanenan belut biasanya dilakukan dengan berpedoman pada lamanya umur pembudidayaan.
Namun, tidak semuanya sanggup berpedoman pada lamanya budidaya lantaran dalam pembudidayaan belut terdapat beberapa faktor yang berpengaruh.
- Tingkat tunjangan pakan, porsi, atau dosis tunjangan pakana sanggup mempengaruhikecepatan pertumbuhan
- Kandungan gizi dan kecocokan masakan sanggup mempengaruhi berat badan belut
- Kenyamanan lokasi budidaya, ketenangan, kenyamanan, gerakan belut berenang, dan tingkat stres sanggup memeberikan dampak pada nafsu makan belut.
Terdapat beberapa tingkatan pemanenan, menurut umur atau masa pemanenan.
- Pemanenan pendederan. Pendederan I umur panennya 2 bulan sesudah tebar dan pendederan II umur panennya 2 bulan sesudah tebar.
- Pembesaran. Untuk pasar lokal, belut sanggup di panen sesudah 4 bulan berada di kolam pembesaran.
Baca juga:
Makanan Belut Alami dan Buatan cepat Besar
Cara Budidaya Belut Tanpa Lumpur
Pemanenan belut sanggup dilakukan secara total maupun sebagian. Panen sebagian sanggup menggunakan bubu yang di beri umpan di dalamnya.
Sementara panen total dilakukan dengan membongkar media atau menggunakan bubu terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pembongkaran media.
Pemanenan kolam terpal dan drum hampir sama. Untuk terpal sesudah air di buang dan sebagian media di keluarkan, sanggup pribadi di buka.
- Persiapkan peralatan panen menyerupai ember, jerigen. Drum, ciduk, seser dan air bersih.
- Keluarkan seluruh air di kolam melalui jalan masuk pembuangan.
- Singkirkan tumbuhan air dari media
- Keluarkan sebagian media.
- Tangkap belut hati-hati, jangan hingga belut terluka.
- Ganti air atau basuh belut dengan air higienis dan tempatkan di kawasan drm atau jerigen yang telah berisi air bersih.
Pemanenan kolam tembok dan kolam terpal di dalam tanah hampir sama,
-Siapkan beberapa bubu, masukkan cincangan bekicot atau cacing ke dalamnya. Setelah bubu disiapkan, masukkan ke dalam kolam.
- Persiapkan peralatan panen menyerupai ember, drum, jerigen, ciduk, seser, dan air bersih.
- Keringkan air kolam, keluarkan melalui jalan masuk pembuangan.
- Singkirkan tumbuhan air dari media.
- Keluarkan media pelan-pelan.
- Tangkap belut hati-hati, jangan hingga belut terluka dan masukkan baskom atau jerigen yang telah berisi air higienis secukupnya.
- Cuci belut dengan air higienis dan tempatkan di drum atau jerigen yang telah berisi air bersih.
Pemanenan dikolam jaring lebih unik, lantaran diharapkan perlakuan yang berbeda terutama untuk panen totalnya.
- Sebelum panen total, pasang beberapa buah bubu terlebih dahulu, beri umpan cincangan bekicot atau cacing di dalamnya.
- Persiapkan peralatan panen menyerupai ember,jerigen, seser, ciduk, drum, dan air bersih.
- Keringkan air di kolam, keluarkan melalui jalan masuk pembuangan yang telah di pasangi saringan.
- Singkirkan tumbuhan air di atas media jaring.
- Pada waktu mengeluarkan air dari kolam, jaring mulai di lepas dari tali yang menghubungkan ke tonggak, kemudian pelan-pelan keluarkan media dari dalam jaring.
- Tangkap belut hati-hati jangan hingga belut terluka.
- Cuci belut dengan air higienis dan tempatkan di drum atau jerigen yang telah berisi air bersih.
Setelah pemanenan, terdapat dua hal yang harus dilakukan pembudidaya, yaitu yang paling penting penanganan pasca panen belut dan perbaikan kolam budidaya.
Kolam tembok dan drum sanggup di bersihkan, di cuci, dan d keringkan untuk mengeliminasi hama dan penyakit.
Setelah panen di lakukan, pembudidaya atau pedagang harus mengetahui cara melaksanakan belut akan di pasarkan.
Jangan hingga belut yang telah di cari atau di budidayakan dengan penuh usaha tidak di tangani dengan baik.
Cara penanganan
1. Belut dalam keadaan kondisi hidup
Penanganan belut dalam keadaan hidup tidak serumit penanganan pada belut mati segar.
Hanya saja, yang cukup riskan yaitu mempertahankan kondisi hidup belut dalam perlakuan selama transportasi.
2. Belut dalam keadaan beku
Penanganan belut beku lebi rumit serta membutuhkan biaya lebih besar di bandingkan kedua jenis produk lainnya.
Untuk sanggup memproses belut mati dalam keadaan segar di butuhkan pengetahuan dan keterampilan tersendiri.
3.Belut dalam bentuk olahan menyerupai belut asap, dendeng, keripik, dan abon.
Belut dalam bentuk olahan untuk knsumsi ekspor tentu membutuhkan proses mutu yang telah di standarisasi internasional menyerupai haccp.
Mengenal belut segar
Belut merupakan materi pangan yang gampang sekali mengalami kerusakan. Penyebab kerusakan belut di antaranya.
- Kadar air rata-rata yang cukup tinggi, yaitu 70-80% dari berat belut, menyebabkan mikroorganisme gampang berkembang.
- Adanya enzim yang sanggup menguraikan protein menjadi putresin, isobutilamin, kadaverin, dan lainnya yang menyebabkan wangi tidak sedap.
- Lemak belut banyak mengandung asam lemak tidak jenuh gampang mengalami proses oksidasi yang menghasilkan wangi tengik.
- Daging belut mempunyai susunan sel lebih longgar, sehingga banyak sekali mikroorganisme lebih gampang menguraikan komponen gizi ikan menjadi senyawa bebau busuk menyerupai indol, h2s, skatola, dan markaptan.
Penanganan belut selain dengan cara rantai hidupjuga sanggup menggunakan penanganan rantai dingin.
Sistem rantai cuek sanggup di definisikan sebagai penerapan teknik pendinginan terhadap belut secara terus-menerus tidak terputus semenjak dari produsen, penanganan, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi.
Untuk pengusaha besar rantai cuek sudah tidak menjadi masalah, lantaran mereka telah dilengkapi akomodasi pendingin menyerupai freezer.
Namun untuk usaha kecil masih menjadi hambatan lantaran mereka mengawetkan belut hanya dengan menggunakan es.
Walau jarang belut yang mengalami transportasi dalam keadaan mati. Namun, biasanya transportasi belut segar yang dilakukan pedagang hanya menggunakan media es sebagai pndinginnya.
Terdapat beberapa kawasan dan cara yang sanggup di gunakan untuk mempertahankan mutu produk perikanan, di antaranya.
- Blong dengan es
- Ktak pendingin yang terbuat dari materi polystyrene
- Kotak berinsulasi
- Ruang pendingin
- Refrigerator
- Braine chilling
Pengupayaan untuk mempertahankan produk perikanan dengan rantai dingin.
-Suhu produk perikanan sepanjang rantai penanganan hingga konsumen dihentikan melebihi 4 derajat c.
-Diperlukan teknologi yang sanggup menjaga suhu produk perikanan semoga tidak melebihi dari 4 derajat c,
- Diperlukan mekanisme baku yang harus di taati semoga suhu produk perikanan tidak melebihi 4 derajat c.
Itulah kiat-kiat dalam memulai panen dan pasca panen belut di semua kolam pemeliharaan supaya terjaga keamanan dan mendapat belut konsumsi yang berkualitas.
Meski demikian, pembudidaya harus tetap mengamati belut budidayanya dengan cara memperhatikan belut pada waktu keluar untuk mencari makan.
Kalau dilihat,pekerjaan yang sangat gampang dilakukan petani ternak ikan yakni masa panen, akan tetapi panen dan pasca panen belut ternyata perlu juga menggunakan teknik.
Panen dan Pasca Panen Belut
Waktu panen Belut dan Teknik Memanen Belut
Pemanenan belut sanggup dilakukan sesudah umur pembudidaya belut di anggap memenuhi impian pembudidaya atau kebutuhan pasar.
Pemanenan belut sanggup dilakukan sesudah umur pembudidaya belut dianggap memenuhi impian pembudidaya atau kebutuhan pasar.
- Pemanenan pendederan, yaitu pemanenan total belut pada pendederan baik tahap I maupun II.
- Pemanenan pembesaran, yaitu pemanenan total atau sebagian pada pembudidaya pembesaran belut, kesannya berupa belut ukuran konsumsi.
Pemanenan belut intinya sanggup dilakukan pagi dan sore hari, tetapi untuk pemanenan total jikalau di lakukan sore hari tentu selesainya hingga malam hari.
Panen dan Pasca Panen Belut – Umur Belut untuk Dipanen
Namun, tidak semuanya sanggup berpedoman pada lamanya budidaya lantaran dalam pembudidayaan belut terdapat beberapa faktor yang berpengaruh.
- Tingkat tunjangan pakan, porsi, atau dosis tunjangan pakana sanggup mempengaruhikecepatan pertumbuhan
- Kandungan gizi dan kecocokan masakan sanggup mempengaruhi berat badan belut
- Kenyamanan lokasi budidaya, ketenangan, kenyamanan, gerakan belut berenang, dan tingkat stres sanggup memeberikan dampak pada nafsu makan belut.
Terdapat beberapa tingkatan pemanenan, menurut umur atau masa pemanenan.
- Pemanenan pendederan. Pendederan I umur panennya 2 bulan sesudah tebar dan pendederan II umur panennya 2 bulan sesudah tebar.
- Pembesaran. Untuk pasar lokal, belut sanggup di panen sesudah 4 bulan berada di kolam pembesaran.
Baca juga:
Makanan Belut Alami dan Buatan cepat Besar
Cara Budidaya Belut Tanpa Lumpur
Panen dan Pasca Panen Belut – Cara panen belut yang baik
Pemanenan belut sanggup dilakukan secara total maupun sebagian. Panen sebagian sanggup menggunakan bubu yang di beri umpan di dalamnya.
Sementara panen total dilakukan dengan membongkar media atau menggunakan bubu terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pembongkaran media.
Panen dan Pasca Panen Belut di Kolam terpal dan drum
Pemanenan kolam terpal dan drum hampir sama. Untuk terpal sesudah air di buang dan sebagian media di keluarkan, sanggup pribadi di buka.
- Persiapkan peralatan panen menyerupai ember, jerigen. Drum, ciduk, seser dan air bersih.
- Keluarkan seluruh air di kolam melalui jalan masuk pembuangan.
- Singkirkan tumbuhan air dari media
- Keluarkan sebagian media.
- Tangkap belut hati-hati, jangan hingga belut terluka.
- Ganti air atau basuh belut dengan air higienis dan tempatkan di kawasan drm atau jerigen yang telah berisi air bersih.
Panen dan Pasca Panen Belut di Kolam tembok
Pemanenan kolam tembok dan kolam terpal di dalam tanah hampir sama,
-Siapkan beberapa bubu, masukkan cincangan bekicot atau cacing ke dalamnya. Setelah bubu disiapkan, masukkan ke dalam kolam.
- Persiapkan peralatan panen menyerupai ember, drum, jerigen, ciduk, seser, dan air bersih.
- Keringkan air kolam, keluarkan melalui jalan masuk pembuangan.
- Singkirkan tumbuhan air dari media.
- Keluarkan media pelan-pelan.
- Tangkap belut hati-hati, jangan hingga belut terluka dan masukkan baskom atau jerigen yang telah berisi air higienis secukupnya.
- Cuci belut dengan air higienis dan tempatkan di drum atau jerigen yang telah berisi air bersih.
Panen dan Pasca Panen Belut – Kolam jaring
Pemanenan dikolam jaring lebih unik, lantaran diharapkan perlakuan yang berbeda terutama untuk panen totalnya.
- Sebelum panen total, pasang beberapa buah bubu terlebih dahulu, beri umpan cincangan bekicot atau cacing di dalamnya.
- Persiapkan peralatan panen menyerupai ember,jerigen, seser, ciduk, drum, dan air bersih.
- Keringkan air di kolam, keluarkan melalui jalan masuk pembuangan yang telah di pasangi saringan.
- Singkirkan tumbuhan air di atas media jaring.
- Pada waktu mengeluarkan air dari kolam, jaring mulai di lepas dari tali yang menghubungkan ke tonggak, kemudian pelan-pelan keluarkan media dari dalam jaring.
- Tangkap belut hati-hati jangan hingga belut terluka.
- Cuci belut dengan air higienis dan tempatkan di drum atau jerigen yang telah berisi air bersih.
Setelah pemanenan, terdapat dua hal yang harus dilakukan pembudidaya, yaitu yang paling penting penanganan pasca panen belut dan perbaikan kolam budidaya.
Kolam tembok dan drum sanggup di bersihkan, di cuci, dan d keringkan untuk mengeliminasi hama dan penyakit.
Panen dan Pasca Panen Belut – PASCA PANEN Belut
Setelah panen di lakukan, pembudidaya atau pedagang harus mengetahui cara melaksanakan belut akan di pasarkan.
Jangan hingga belut yang telah di cari atau di budidayakan dengan penuh usaha tidak di tangani dengan baik.
Cara penanganan
1. Belut dalam keadaan kondisi hidup
Penanganan belut dalam keadaan hidup tidak serumit penanganan pada belut mati segar.
Hanya saja, yang cukup riskan yaitu mempertahankan kondisi hidup belut dalam perlakuan selama transportasi.
2. Belut dalam keadaan beku
Penanganan belut beku lebi rumit serta membutuhkan biaya lebih besar di bandingkan kedua jenis produk lainnya.
Untuk sanggup memproses belut mati dalam keadaan segar di butuhkan pengetahuan dan keterampilan tersendiri.
3.Belut dalam bentuk olahan menyerupai belut asap, dendeng, keripik, dan abon.
Belut dalam bentuk olahan untuk knsumsi ekspor tentu membutuhkan proses mutu yang telah di standarisasi internasional menyerupai haccp.
Mengenal belut segar
Belut merupakan materi pangan yang gampang sekali mengalami kerusakan. Penyebab kerusakan belut di antaranya.
- Kadar air rata-rata yang cukup tinggi, yaitu 70-80% dari berat belut, menyebabkan mikroorganisme gampang berkembang.
- Adanya enzim yang sanggup menguraikan protein menjadi putresin, isobutilamin, kadaverin, dan lainnya yang menyebabkan wangi tidak sedap.
- Lemak belut banyak mengandung asam lemak tidak jenuh gampang mengalami proses oksidasi yang menghasilkan wangi tengik.
- Daging belut mempunyai susunan sel lebih longgar, sehingga banyak sekali mikroorganisme lebih gampang menguraikan komponen gizi ikan menjadi senyawa bebau busuk menyerupai indol, h2s, skatola, dan markaptan.
Panen dan Pasca Panen Belut – Kebutuhan es dan air
Penanganan belut selain dengan cara rantai hidupjuga sanggup menggunakan penanganan rantai dingin.
Sistem rantai cuek sanggup di definisikan sebagai penerapan teknik pendinginan terhadap belut secara terus-menerus tidak terputus semenjak dari produsen, penanganan, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi.
Untuk pengusaha besar rantai cuek sudah tidak menjadi masalah, lantaran mereka telah dilengkapi akomodasi pendingin menyerupai freezer.
Namun untuk usaha kecil masih menjadi hambatan lantaran mereka mengawetkan belut hanya dengan menggunakan es.
Walau jarang belut yang mengalami transportasi dalam keadaan mati. Namun, biasanya transportasi belut segar yang dilakukan pedagang hanya menggunakan media es sebagai pndinginnya.
Terdapat beberapa kawasan dan cara yang sanggup di gunakan untuk mempertahankan mutu produk perikanan, di antaranya.
- Blong dengan es
- Ktak pendingin yang terbuat dari materi polystyrene
- Kotak berinsulasi
- Ruang pendingin
- Refrigerator
- Braine chilling
Pengupayaan untuk mempertahankan produk perikanan dengan rantai dingin.
-Suhu produk perikanan sepanjang rantai penanganan hingga konsumen dihentikan melebihi 4 derajat c.
-Diperlukan teknologi yang sanggup menjaga suhu produk perikanan semoga tidak melebihi dari 4 derajat c,
- Diperlukan mekanisme baku yang harus di taati semoga suhu produk perikanan tidak melebihi 4 derajat c.
Itulah kiat-kiat dalam memulai panen dan pasca panen belut di semua kolam pemeliharaan supaya terjaga keamanan dan mendapat belut konsumsi yang berkualitas.